Minggu, 22 Maret 2015

Ajang Bakat di Televisi kian memprihatinkan

Ajang bakat dangdut D' Academy 2 yang ditayangkan secara striping alias setiap hari pada pukul 18:00 dengan durasi spektakuler terlama sepanjang sejarah di televisi Indonesia hingga dini hari membuat Miris dan prihatin. Bagaimana tidak acara yang dipandu host Ramzi, Irfan Hakim, Rina Nose dan tambahan Andika Pratama ini tidak memperhatikan estetika dan jam tayang. Di jam 18:00 wib tentunya bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim masuk sholat maghrib diterbas dengan suguhan goyangan-goyangan dan banyolan kurang bermutu dari para hostnya. Ditambah lagi sudah lama stasiun Indosiar memang tidak pernah ada lagi adzan maghrib saat masuk maghrib dan diganti dengan iklan.. selain itu, dijam tersebut masyarakat Indonesia tengah kumpul dengan anak dan keluarga untuk makan malam tetap ditambah tayangan cuap-cuap kampungan komentator Nassar, Soimah yang berisik dan gak berkelas serta Ivan Gunawan yang tidak berwibawa. Belum lagi Juri Iis Dahlia yang cenderung memihak kontestan si kembar RizkiRidho yang secara kualitas suara paling rendah dibanding kontestan lain. Belum lagi Juri Inul Daratista yang selalu memihak kontestan asal daerahnya Jawa Timur. Komentar Syaipul Jamil lebih keterlaluan lagi apalagi kalau sudah berjibaku debat kusir dengan Nassar plus ocehan murahan Soimah & Ramzi sang host...

Prihatin lagi dijam tersebut anak-anak yang seharusnya belajar dipaksa untuk menyaksikan acara penuh eksploitasi terhadap kontestan dengan mementingkan perolehan share dan rating.

Kualitas suara kontestan nomor dua di ajang dangdut d'academy 2. Jelas ini bagian dari setingan & gimmick dari penyelenggara program Indosiar. Semestinya kalau pure ajang kontestan tidak perlu lagi dipanjang-panjangin durasinya dengan diisi banyolan2 para komentator, host dan Juri. Kontestan hanya jadi pemanis saja dalam acara ini..

Belum lagi sekali lagi ini sejarah dalam ajang bakat di Indonesia kontestan yang sudah tersingkir dan jelas tidak terpilih oleh Juri masih diberikan hak veto dan wild card. Buat apa kontestan yang dari awal lolos tanpa tersenggol diadu kembali dengan peserta yang kalah kualitas dan sudah tersenggol...

Ironis dan prihatin etika dan estetika dibabat dan dinomorduakan demi mengejar perolehan rating semata

Sabtu, 21 Maret 2015

Kualifikasi untuk menjadi profesionalis pertelevisian dan tumbuhkan minat (motivasi)

D

ewasa ini perkembangan pertelevisian di Indonesia semakin marak diwarnai dengan tayangan berita atau news. Seluruh stasiun televisi nasional saling berlomba menayangkan program berita yang dikemas dalam berbagai bentuk, mulai dari straight news, hardnews, hingga investigative news. Bahkan ada fenomena produksi berita yang dikemas secara ringan. Fenomena ini terjadi hampir di semua stasiun televisi di Indonesia. Pengetahuan jurnalistik yang diawalinya dengan teori isi berita televisi, program siaran, teori nilai berita dan format berita televisi.  kualifikasi untuk menjadi seorang reporter menurutnya adalah kualitas pribadi (motivasi, komitmen, energi, inisiatif, mampu bekerja dibawah tekanan dan intelektual tinggi), ketrampilan teknis (kemampuan menulis, kemampuan meneruskan dan membangun ide, kemampuan bekerja dalam tim, dan penguasaan peralatan), kemampuan komunikasi, dan integritas tinggi.

Kebutuhan SDM Pertelevisian yang meningkat

Sebagaimana yang anda tahu bahwa Indonesia adalah negara luas terbentang  dari Sabang sampai Merauke. Wilayah luas ini menjadikan kesatuan komunikasi dan informasi sebagai hal terpenting. Di sisi lain, kebutuhan informasi baik dari dalam maupun luar negeri menjadi kebutuhan sehari-hari. Sehingga  Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil, dan profesional dibutuhkan untuk menyajikan informasi yang akurat, jelas, dan tegas.

Fakta membuktikan bahwa dunia komunikasi dan informasi meliputi industri pertelevisian dan broadcasting. Di tengah maraknya TV Nasional dan Kemunculan stasiun-stasiun televisi lokal di Indonesia tidak terlepas dari pentingnya informasi lokal. Selain itu, kiprah awak pertelevisian dan broadcasting dapat menasional dan mendunia. Tidak ada pilihan lain kecuali menyiapkan sejak dini menghadapi tantangan dunia yang semakin global sebagai SDM Pertelevisian  profesional, siap pakai dan memiliki jiwa entrepreneurship yang tinggi.

Peluang Kerja dan Karier Pendidikan TV sangat luas
Ditengah kondisi ketidakpastian peluang kerja dan usaha yang ditunjukkan dengan tingginya pengangguran terutama dari kalangan sarjana (S1/Diploma), terbuka peluang yang  tinggi dalam industri pertelevisian. Ada tiga garda terdepan yang membutuhkan SDM yang profesional dan siap pakai antara lain : Bidang Talent (bakat), Bidang Flatform infrastruktur dan studio) dan Bidang Kreatif (produksi) yang bergerak dibidang produksi acara televisi. Tantangannya, di industri televisi dibutuhkan kerja tim dan tidak mengenal single deadline seperti media cetak. Sebut saja, dari sisi produksi berita saja, sebagai jaringan televisi yang besar dibawah naungan Gramedia Group, Kompas TV telah menjalin kerjasama dengan 150-an jurnalis sebagai vj (video journalist) dan kontributor yang tersebar di berbagai daerah. Bahkan dengan regulasi UU penyiaran pada tahun 2003 lalu, televisi nasional diwajibkan membuka tv daerah yang melibatkan pengusaha lokal di masing-masing daerah. Ini juga tentunya menjadi peluang kerja yang besar di daerah

Yang penting Anda renungkan

Apakah Anda menyia-nyiakan kesempatan emas ini ?
Justru industri pertelevisian dan broadcasting semakin hari dibutuhkan. Industri ini tidak pernah redup, bahkan kondisi dunia yang semakin global membuat orang semakin cepat membutuhkan berita.

- Apakah Anda pernah berpikir dapat masuk ke gedung DPR meliput sidang?
- Apakah Anda pernah berpikir dapat bertatap muka dan meliput kegiatan Presiden langsung?
- Apakah Anda pernah bepikir dapat setiap saat tampil di layar kaca untuk menyiarkan berita secara langsung?
- Apakah Anda pernah berpikir dapat mewawancarai orang terkenal dan melakukan wawancara?
- Apakah Anda pernah berpikir untuk melanglang buana ke tempat manapun dan ke luar negeri gratis?
Buktikan! Jangan Pernah berfikir dan Bermimpi!

Tentang Moral Kerja
Moral adalah suasana batiniah seseorang yang mempengaruhi perilaku individu dan perilaku organisasi. Suasana batiniah itu terwujud di dalam aktivitas individu pada saat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Suasana batin dimaksud berupa perasaan senang atau tidak senang, bergairah atau tidak bergairah dan bersemangat atu tidak bersemangat dalam melakukan suatu pekerjaan.
Proses manajemen dan leadership yang efektif memerlukan moral kerja yang positif dalam arti suasana batin yang menyenangkan hingga memiliki semangat yang tinggi dalam melakukan pekerjaan. Moral kerja yang tinggi merupakan dorongan bagi terciptanya usaha berpartisipasi secara maksimal dalam kegiatan organisasi/kelompok, guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya moral kerja seseorang. Dalam kegiatan manajemen dan leadership pendidikan, moral kerja yang tinggi dari setiap SDM yang terlibat di dalamnya, merupakan faktor yang menentukan bagi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya moral kerja :
·         Sebagian orang memandang bahwa minat/perhatian terhadap pekerjaan berpengaruh terhadap moral kerja. Bilamana seseorang merasa bahwa minat/perhatiannya seusai dengan jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan maka akan memiliki moral kerja yang tinggi.
·         Sebagian lainnya menempatkan faktor upah atau gaji penting dalam meningkatkan moral kerja. Upah atau gaji yang tinggi dipandang sebagai faktor yang dapat mempertinggi moral kerja.
·         Disamping itu ada kelompok orang yang memandang faktor status sosial dari pekerjaan dapat mempengaruhi moral kerja. Pekerjaan yang dapat memberikan status sosial atau posisi yang tinggi/baik (misalnya, sebagai kepala, staf pimpinan, kepala bagian dan sebagainya) menurut kelompok ini akan mempertinggi moral kerja.
·         Sekolompok lain memandang tujuan yang mulia atau pekerjaan yang mengandung pengabdian merupakan faktor yang dapat mempertinggi moral kerja. Tujuan dan sifat pengabdian diri dalam suatu pekerjaan mengakibatkan seseorang bersedia mendertia, berkorban harta benda dan bahkan jiwanya demi terwujudnya pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
·         Kelompok terakhir memandang faktor suasana kerja dan hubungan kemanusiaan yang baik, sehingga setiap orang merasa diterima dan dihargai dalam kelompoknya dapat mempertinggi moral kerja.

Bagimana dengan Motivasi Dalam Bekerja di suatu Pekerjaan?
Seseorang bekerja karena adanya dorongan motivasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, di mana kebutuhan dasar manusia itu banyak ragamnya. Menurut Maslow kebutuhan dasar manusia ini ada beberapa tingkatan :
·         Kebutuhan fisik (physical needs) : meliputi kebutuhan sehari-hari untuk makan, minum, berpakaian, bertempat tinggal, berumahtangga dan sejenisnya.
·         Kebutuhan keamanan (safety needs) : Yang meliputi kebutuhan untuk memperoleh keselamatan, keamanan, jaminan atau perlindungan dari ancaman-ancaman yang membahayakan kelangsungan hidupnya.
·         Kebutuhan Sosial (social needs) : Kebutuhan untuk disukai dan menyukai, dicintai dan mencintai, bergaul, bermasyarakat dan sejenisnya.
·         Kebutuhan pengakuan (the needs of esteems) : Kebutuhan untuk memperoleh kehormatan, penghormatan, pujian, penghargaan dan pengakuan.
·         Kebutuhan mengaktualisasikan diri (the needs for self actualization)
·         Kebutuhan untuk memperoleh kebanggaan, keagungan, kekaguman dan kemasyhuran sebagai orang yang memiliki kemampuan dan keberhasilan dalam mewujudkan potensi bakatnya dengan hasil prestasi yang luar biasa.


Dalam hubungan itu dapat dibedakan dua jenis motivasi :

·         Motivasi intrinsik, yakni dorongan yang terdapat dalam pekerjaan yang dilakukan. Misalnya : bekerja karena pekerjaan itu sesuai dengan bakat dan minat, dapat diselesaikan dengan baik karena memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menyelesaikannya dan lain-lain.
·         Motivasi ekstrinsik, yakni dorongan yang berasal dari luar pekerjaan yang sedang dilakukan. Misalnya : bekerja karena upah atau gaji yang tinggi mempertahankan kedudukan yang baik, merasa mulia karena pengabdian dan sebagainya.